MOJOKERTO – Tak banyak diketahui publik, ternyata sosok Ayah Ikfina Fahmawati, Calon Bupati Mojokerto yang berdampingan dengan Gus Barra adalah seorang Kiai dan juga Ketua Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (NU) Ponorogo, KH Cholid Ridwan.
"Beliau tercatat pernah menjadi pengurus NU. Seperti di Lembaga Dakwah NU (LDNU), Mustasyar PCNU, imam dan Takmir Masjid NU,” kata KH Lutfi Hadi Aminudin, Sekertaris PCNU usai menghadiri pemakamannya pada hari Sabtu (25/10/2020) pukul 09.00 WIB di Makam Ngotok, Surodrikaman Ponorogo seperti yang dilansir dari https://jatim.nu.or.id/read/ketua-takmir-masjid-nu-ponorogo-wafat--begini-kiprahnya-di-bumi-reog
Kiai Lutfi mengungkapkan, KH A Choliq Ridwan adalah sesosok yang mencurahkan aktivitas serta kehidupannya untuk NU. Bahkan juga sempat memimpin kepengurusan perguruan tinggi NU.
"Dulu namanya Yayasan Batoro Khatong, yang menaungi Institute Agama Islam Sunan Giri (INSURI)," terangnya.
Kiai Lutfi melanjutkan, KH A Kholiq Ridwan merupakan santri Ponpes Darul Ulum, Peterongan, Jombang. "Santrinya Kiai Tamim (Mbah Romli Tamim)," paparnya.
Sementara itu, Ahmad Sabila Rosyad, cucu KH Choliq menambahkan, kakeknya adalah sosok panutan. Almarhum kepada cucunya selalu mengajarkan istiqamah ibadah, berdzikir dan bersedekah.
"Saat senggang, selalu berdzikir dan keluarga saya selalu dipesankan untuk selalu bersedekah," ungkapnya.
Ikfina Fahmawati mengatakan bahwa Ayahnya merupakan orang asli Mojokerto, yang lahir di Desa Sumberagung, Kecamatan Jatirejo. Setelah lulus Sekolah Rakyar (SR), mndok di Peterongan Jombang, setelah 6 tahun, terus Aliyah, kemudian beliau kuliah di IAIN Kediri, disitulah Abah bertemu dengan Ibu saya.
“Waktu itu Abah saya Ketua Senat, sedangkan Ibu mahasiswa baru, kenal waktu perpeloncoan, kalau saat ini kita sudah nggak ngalami itu. Karena background agama kedua orang tua saya sangat kuat, jadi kalau sudah sama-sama kuat, maka Abah dan Ibu saya dinikahkan. Abah pertama kali kerja menjadi guru agama di Nganjuk, terus kemudian setelah menikah pulang ke Ponorogo, jadi tiap hari waktu itu pulang pergi Nganjuk Ponorogo, setelah beberapa lama mereka menetap di Ponorogo,” lanjut dokter Ikfina yang merupakan alumnus fakultas General Practice Universitas Brawijaya Angkatan Tahun 1996.
Calon Bupati kelahiran Ponorogo, 11 Januari 1998 ini mengatakan bahwa dirinya merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, Abah mendidik dengan background agama yang kuat. Yang laki-laki dimasukkan Pondok Pesantren, sedangkan saya dan kakak perempuan sekolah di umum.
“Ketika ibu saya sakit stroke, selama 10 tahun hanya bisa berbaring di tempat tidur, Abah saya yang merawatnya, ia pun bangun untuk untuk membersihkan Ibu, setelah itu barulah mandi dan melakasanakan tugasnya sebagai Imam Subuh di Masjid. Dari Abah inilah saya berlajar apa yang namanya tanggung jawab,” pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Mohamad Alawi |
Editor | : |
Komentar & Reaksi