MOJOKERTO - Psikolog womens crisis center (WCC) Mojokerto R. Dewi Novita Kurniawati,S.Psi,M.Psi. menilai guru agama yang mencabuli santri lelakinya merupakan penyimpangan seksual. Hal itu disampaikan Dewi ketika melakukan advokasi ke lokasi.
"Perilaku Ustadz D ini adalah bagian dari orientasi seksual yakni biseksual (bisexual). Jenis orientasi seksual ini termasuk dalam kelompok LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).
Menurut Dewi, Biseksual (bisexual) adalah seseorang yang mengalami ketertarikan emosional, romantis, dan/atau seksual dengan lebih dari satu jenis kelamin. Dia bisa suka kepada perempuan dan juga kepada laki-laki.
"Ustadz D ini, sudah punya istri dan punya dua anak, namun dia suka juga kepada sesama jenis yakni laki-laki, dalam hal ini santrinya yang masih anak-anak," ujarnya.
Ustadz D, memiliki kepuasan seksual ketika korbannya mencapai klimaks. Dan merasa kecewa ketika korbannya tidak bisa ejakulasi.
"Dia merasa puas ketika korbannya terpuaskan atau ejakulasi, " ucapnya.
Menurut Dewi, penyebab utama biseksualitas bisa jadi faktor sosial, dorongan seksual, dan kromosom. Seringkali biseksual tidak yakin tentang orientasi seksual mereka karena ini adalah proses yang terus berlanjut sepanjang hidup. Penyebab menjadi biseksual antara orang yang satu dengan lainnya juga berbeda dan sangat individualistis.
"Masa lalu pelaku dan lingkungan menjadi faktor penentu orientasi seksual ini," ucap Dewi.
Selain itu, yang menjadi catatan WCC Mojokerto adalah pemulihan psikologi korban. Menurut Dewi, korban masih anak-anak, butuh waktu lama untuk menghapus traumanya.
"Anak-anak ini butuh waktu lama untuk pemulihan secara psikologi, anda bayangkan anak masih kecil di jejelin video porno dan pelecehan seksual," terang Dewi.
Menurut Dewi, korban anak adalah anak baik dari keluarga baik-baik. Di dalam pendidikan keluarga juga di ajakkan sexeducation yang benar. Seperti, tidak boleh membuka aurat, tidak boleh memegang alat kelamin orang lain atau menunjukkan alat kelamin kelamin kepada orang lain.
"Ada anak korban yang mendapat pelecehan seksual lima kali, sepuluh kali dan ada juga lebih 20 kali dalam 2 bulan. Menghilangkan trauma ini yang berat," tuturnya.
Korban juga mengalami depresi, tidak mau keluar kamar, susah makan, dan merasa berdosa. Belum lagi statment negatif dari lingkungan. Merasa redah diri dan hilangnya kepercayaan diri di hadapan umum.
"Ini bentuk pengrusakan karakter. Beberapa hari tidak mau makan, sakit dan murung dirumah," tutupnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Mohamad Alawi |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi